Patuk,(sorotgunungkidul.com)--Kesenian Wong Ireng dari Padukuhan Ngrancahan, Desa Pengkok, Kecamatan Patuk mungkin belum banyak didengar orang. Kesenian itu terbilang unik dan memiliki nilai magis yang tinggi.
seperti namanya, Wong Ireng terdiri dari sekelompok penari laki-laki berkulit hitam. Warna itu berasal dari olesan areng dan minyak kelapa. Mulai dari kepala sampai ujung kaki, nampak hitam kelam. Mereka juga mengenakan berbagai macam aksesoris mulai dari rumbai-rumbai janur atau daun kelapa muda yang diikatkan di pinggang, kalung sapi, gelang krimpying hingga topi hitam dari kukusan.
seperti namanya, Wong Ireng terdiri dari sekelompok penari laki-laki berkulit hitam. Warna itu berasal dari olesan areng dan minyak kelapa. Mulai dari kepala sampai ujung kaki, nampak hitam kelam. Mereka juga mengenakan berbagai macam aksesoris mulai dari rumbai-rumbai janur atau daun kelapa muda yang diikatkan di pinggang, kalung sapi, gelang krimpying hingga topi hitam dari kukusan.
Wong Ireng jaman dahulu ditampilkan untuk mengawal atau menjaga persembahan kepada dewa pada jaman kejayaan Hindu-Budha. Seiring berjalannya waktu, tarian itu diangkat menjadi kesenian khas di Pengkok dan sering ditampilkan dalam upacara adat dan prosesi lainnya.
Namun, sekitar tahun 90-an kesenian itu sempat mati suri atau putus generasi. Namun belum lama ini, warga setempat dan pegiat wisata serta budaya di Desa Pengkok, mulai menghidupkan kembali kesenian yang hampir menyerupai kesenian di Papua.
"Meski begitu, tetap ada polesan-polesan dan perbedaan dari kesenian Wong Ireng yang dulu," ujar Gatot Yuli Sukoco didampingi ketua Rt 18, Suwardi, Minggu (15/02/2015).
Nama lain dari kesenian Wong Ireng ini yakni Hongke-Hongke Otok Oblok. Nama yang unik untuk kesenian yang unik pula. Hongke-hongke adalah gerakan tarian bebas yang dibawakan sekelompok penari sambil menjaga barang persembahan, sedangkan otok oblok adalah musiknya. Alat musik yang mengiringi tarian Wong Ireng awalnya hanya kentongan saja. Namun kini ada tambahan berupa gong dan bende.
"Dulu, masih sering tampil dengan kebiasaan kerasukan atau ndadi. Gending yang membangkitkan para penari agar kerasukan roh biasanya adalah lagu Pring Reketek. Jadi ada daya magisnya dan tariannya pun bebas," imbuhnya.
Namun, saat ini Wong Ireng hanya menari sesukanya dengan sekali-kali mengajak penonton larut di dalam tarian mereka.